Sebatang Lilin



Ketika duniamu gelap, Tuhan menghadirkan aku layaknya sebatang lilin.
Kau bakar diriku agar kau tak ketakutan lagi. Kelip cahayaku mengusir lelahmu. Ketakutan akan gelap sedikit tersimbak ketika kau tersenyum sesaat setelah menyalakanku.

Kau tak takut lagi.
Dan aku tak peduli lagi.
Biar perlahan api mulai menghabiskan hidupku, selama kau tak sedih lagi, aku tak peduli.

Kau bawa aku ke mana-mana. Seakan saat gelap hidupmu, akulah temanmu satu-satunya. Kau bercerita, kau berbagi tawa, kau curahkan segala keluh kesah padaku; Cahayamu satu-satunya.
Hingga suatu saat lampu kembali menyala.
Kau tersontak lalu terdiam sebentar.
Menatap aku, seakan aku tak kau butuhkan lagi.
Meniup apiku, seakan cahayaku tak menghangatkanmu lagi.

Lalu kemudian kau berbahagia.
Bersorak-sorai sambil tertawa riang karena lampu kembali menyala– seakan saat itu tawamu sedang merayakan aku yang berduka karena dibunuhmu begitu saja.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PIDATO TERAKHIR KETUA SEMA FPD UNMA (MUSYWA 2012)

Sejarah Desa Pilangsari Kec. Jatitujuh Majalengka

5 Kritik buat Film GGS ( Ganteng-ganteng Serigala)

Bedanya Wanita yang Sudah Menikah dengan yang belum Menikah

Rupa-rupa Diuk dina Basa Sunda