Filosofi Kolak Greentea
Men, dalam kondisi hidup kamu yang sekarang, rasa-rasanya kalau jatuh
cinta sama sahabat itu, sama aja kaya memilih Kolak ketimbang Karedok
dan Lotek.
Kenapa seperti itu?
Menurut filosofi anak kos yang sehari-harinya ngemil bala-bala 5 tapi ngakunya baru ngambil 2, jatuh cinta pada sahabat ketika kamu masih punya pacar itu hukumnya seperti Sholat Ba’da Dzuhur. Boleh dilaksanakan, tapi kalau enggak juga nggak papa.
Terus apa hubungannya sama Kolak?
Kebetulan waktu mau jawab pertanyaan kamu tadi, gue lagi mengemban amanah menghabiskan Kolak sisa bekas bokap yang kekenyangan pas buka puasa gara-gara negak air teh kebanyakan, sekaligus sama es batu es batunya..
Jadi seperti ini.
Kolak itu hadirnya cuma di bulan puasa. Bentuknya lucu, imut-imut, panjang dan coklat, benar-benar mirip benda yang diidam-idamkan beberapa umat. Hanya saja, seperti halnya taraf hidup si Kolak itu sendiri, dia hanya akan ramai dan diminati ketika bulan puasa doang. Dan ketika bulan puasa habis alias menyentuh tanggal 30 Ramadhan, maka pamor Kolak juga hilang digerus oleh arus kerasnya dunia.
Dulu di sini sudah pernah gue bilang.
Bulan puasa itu adalah bulan Ramadhan. Sayangnya masih banyak orang yang belum tahu tentang hal itu.
Intinya,
Kamu suka sama sahabat kamu kaya kamu suka sama Kolak di bulan puasa. Kamu suka sama doi karena rasa nyaman, kamu bisa ngobrol bebas ngalor ngidul sama dia tanpa harus ja’im alias JagaImpun image. Namun
apa dengan begitu kamu rela melepaskan makanan berfariasi seperti
Karedok dan Lotek hanya demi semangkok Kolak? Di sini anggap aja pacar
kamu itu seperti Karedok dan Lotek.
Hari ini, kamu mungkin lagi bosen sama Karedok dan Lotek atau mungkin lagi saat-saatnya hidup berpuasa terhadap dua makanan legendaris yang konon sejarahnya asal muasal Salad dari bahasa Singaparna itu.
Terus ketika kamu memilih Kolak sebagai pendamping hidup kamu, ujung-ujungnya kamu juga bosan sama dia kalau bulan puasa selesai. Kehadiran rasa nyaman sama sahabat kamu itu seperti kehadiran Kolak di bulan puasa; Banyak, terus mendadak pas ramadhan raib kaya kaum jomlo di malam minggu seperti hari ini.
Kamu cuma merasa jenuh.
Ingatlah, jenuh itu bosan. Kalau bosan pasti mengartikan jenuh. Suatu saat kalau kamu sedang merasakan jenuh, kamu pasti akan bosan. Bosan karena jenuh akan menghasilkan ketidaksinkronan hidup sehingga kadang menjadi bosan, kadang juga jenuh. Sebagaimana beratnya jenuh, masih sama kadar besarnya sama sebagaimana beratnya bosan.
Sudah sudah, selalu ingat bahwa semua itu sudah punya tarafnya masing-masing.
Sahabat ya sahabat, pacar ya pacar.
Kalau sahabat jadi pacar, itu lagu cherrybele :(
Intinya sama aja kaya makan Kolak pake sambel karedok.
Kalau boleh jujur, dua hal di atas itu sama enaknya. Tapi kalau dua hal di atas itu dimakan dan dijadikan satu, malah rasanya bakal amburadul kaya muka kamu.
Semua punya porsinya masing-masing. Paket goceng ayam Kaepsi akan berbeda rasa dengan Paket Super Besar 36B. Know your limit, sist. Janganlah kamu gundah nan gulana, karena masalah kamu tidak jauh lebih besar ketimbang masalah Ubed yang jualan Kolak tapi nggak balik modal di sinetron Preman Pensiun :(
Kenapa seperti itu?
Menurut filosofi anak kos yang sehari-harinya ngemil bala-bala 5 tapi ngakunya baru ngambil 2, jatuh cinta pada sahabat ketika kamu masih punya pacar itu hukumnya seperti Sholat Ba’da Dzuhur. Boleh dilaksanakan, tapi kalau enggak juga nggak papa.
Terus apa hubungannya sama Kolak?
Kebetulan waktu mau jawab pertanyaan kamu tadi, gue lagi mengemban amanah menghabiskan Kolak sisa bekas bokap yang kekenyangan pas buka puasa gara-gara negak air teh kebanyakan, sekaligus sama es batu es batunya..
Jadi seperti ini.
Kolak itu hadirnya cuma di bulan puasa. Bentuknya lucu, imut-imut, panjang dan coklat, benar-benar mirip benda yang diidam-idamkan beberapa umat. Hanya saja, seperti halnya taraf hidup si Kolak itu sendiri, dia hanya akan ramai dan diminati ketika bulan puasa doang. Dan ketika bulan puasa habis alias menyentuh tanggal 30 Ramadhan, maka pamor Kolak juga hilang digerus oleh arus kerasnya dunia.
Dulu di sini sudah pernah gue bilang.
Bulan puasa itu adalah bulan Ramadhan. Sayangnya masih banyak orang yang belum tahu tentang hal itu.
Intinya,
Kamu suka sama sahabat kamu kaya kamu suka sama Kolak di bulan puasa. Kamu suka sama doi karena rasa nyaman, kamu bisa ngobrol bebas ngalor ngidul sama dia tanpa harus ja’im alias Jaga
Hari ini, kamu mungkin lagi bosen sama Karedok dan Lotek atau mungkin lagi saat-saatnya hidup berpuasa terhadap dua makanan legendaris yang konon sejarahnya asal muasal Salad dari bahasa Singaparna itu.
Terus ketika kamu memilih Kolak sebagai pendamping hidup kamu, ujung-ujungnya kamu juga bosan sama dia kalau bulan puasa selesai. Kehadiran rasa nyaman sama sahabat kamu itu seperti kehadiran Kolak di bulan puasa; Banyak, terus mendadak pas ramadhan raib kaya kaum jomlo di malam minggu seperti hari ini.
Kamu cuma merasa jenuh.
Ingatlah, jenuh itu bosan. Kalau bosan pasti mengartikan jenuh. Suatu saat kalau kamu sedang merasakan jenuh, kamu pasti akan bosan. Bosan karena jenuh akan menghasilkan ketidaksinkronan hidup sehingga kadang menjadi bosan, kadang juga jenuh. Sebagaimana beratnya jenuh, masih sama kadar besarnya sama sebagaimana beratnya bosan.
Sudah sudah, selalu ingat bahwa semua itu sudah punya tarafnya masing-masing.
Sahabat ya sahabat, pacar ya pacar.
Kalau sahabat jadi pacar, itu lagu cherrybele :(
Intinya sama aja kaya makan Kolak pake sambel karedok.
Kalau boleh jujur, dua hal di atas itu sama enaknya. Tapi kalau dua hal di atas itu dimakan dan dijadikan satu, malah rasanya bakal amburadul kaya muka kamu.
Semua punya porsinya masing-masing. Paket goceng ayam Kaepsi akan berbeda rasa dengan Paket Super Besar 36B. Know your limit, sist. Janganlah kamu gundah nan gulana, karena masalah kamu tidak jauh lebih besar ketimbang masalah Ubed yang jualan Kolak tapi nggak balik modal di sinetron Preman Pensiun :(
Add caption |
Komentar
Posting Komentar