Sudut Kota

Dulu, Saya sering sekali menghabiskan waktu malam Saya. 

Ketika perjalanan pulang dari Cirebon setaip ahir pekan di sebuah kafe yang lokasinya tak jauh dari kosan teman saya. 

Tempatnya nyaman, kopinya enak --atau setidaknya, cocok dengan lidah saya yang nggak expert-expert amat soal kopi, dan playlist lagu yang diputar selalu easy listening --walau akun spotifynya belum premium, padahal speakernya Harman Kardon. ⁣⁣

⁣⁣
Saking seringnya, saya sampai punya semacam loyalty card sendiri. Tiap kali pesan minum, saya dapat satu stempel, nanti setiap saat saya bisa mengumpulkan lima stempel, saya berhak mendapatkan satu kopi gratis. ⁣⁣
⁣⁣
Saya punya spot favorit: di pojokan. Dekat sebuah pot tanaman palem komodoria. Saya hampir selalu menjadi pengunjung yang pulang terakhir. Di detik-detik kritis sesaat sebelum jam tutup kafe. ⁣⁣
⁣⁣
Tiap kali menjadi pengunjung yang pulang terakhir, saya selalu gelisah atas apa yang dipikirkan oleh si penjaga kafe. Apakah saya dianggap sebagai pelanggan yang setia dan menyenangkan, atau justru dianggap sebagai pelanggan yang menyebalkan karena sering pulang terakhir sehingga mungkin membuat mereka tidak bisa menutup kafe lebih awal. ⁣Ah, entahlah.⁣⁣
⁣⁣
Di pojokan yang lain, dekat dengan pintu, sebuah mural tulisan selalu siap menyambut dan melepas saya.⁣⁣
⁣⁣
“If you bring me coffee without having to ask, then i love you.”⁣⁣
⁣⁣
Saya selalu pulang dengan pikiran yang sama: Cinta tak pernah semudah itu, sayangku.***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PIDATO TERAKHIR KETUA SEMA FPD UNMA (MUSYWA 2012)

Sejarah Desa Pilangsari Kec. Jatitujuh Majalengka

5 Kritik buat Film GGS ( Ganteng-ganteng Serigala)

Bedanya Wanita yang Sudah Menikah dengan yang belum Menikah

Rupa-rupa Diuk dina Basa Sunda