Jalan Pulang
Perpisahan dengan Blogg ini kemarin mirip
seperti perpisahan karena restu orang tua. Bukan karena kemauan dari kedua
belah pihak. Tiba-tiba dipaksa lepas, dan dia pergi jauh entah ke mana tak bisa
dihubungi lagi.
Kita dibuat penasaran, dibuat
kebingungan. Masalahnya, banyak yang belum tuntas, banyak tulisan yang belum
disimpan, banyak karya-karya bahagia yang tak bisa lagi dijalani bersama.
Banyak kenangan yang terpaksa dikubur tanpa dipendam. Ruang yang dulu penuh
warna tiba-tiba berubah menjadi biru tua temaram. Beberapa kawan berbincang
hilang tak bisa dihubungi. Tak ada lagi kabar-kabar yang bisa didengar.
Ketika sedang jatuh-jatuhnya, tak ada lagi tempat yang bisa mendengar dengan bebas. Becerita tanpa batas. Menjadi orang lain ketika benci akan diri sendiri. Melepaskan sisi yang selama ini selalu terpendam dalam-dalam. Setelah lama bersama, ternyata ditinggal tanpa pesan itu rasanya rindu setengah mati.
Perasaan itu masih sama.
Masih tetap.
Memaksa brangkas kenangan terhempas mengisi
seluruh relung udara. Ada cerita di mana aku masih dengan seseorang, ada cerita
di mana aku begitu kehilangan, ada foto-foto lucu, ada foto-foto sudut rumah
yang aku reblog karena siapa tau suatu saat aku bisa mempunyai rumah seperti
itu.
Ada beberapa foto yang aku kirim dan caption di bawahnya yang membuatku tertawa sedikit meski ada perasaan terluka. Kenangan-kenangan ketika aku masih bahagia, yang kini aku baca dengan terluka. Juga macam-macam bincang dengan teman-teman yang entah siapa namun terasa begitu akrab di kepala.
Namun pada akhirnya, di sinilah
kita sekarang.
Mau tidak mau. Dengan keadaan yang kita harapkan maupun yang tidak.
Jadi…
Aku sadar dengan beberapa quots lama,
"Ketika punya kabar gembira dan kau tidak lagi punya orang spesial untuk kau bagi cerita; saat itulah kau akan mengerti, terkadang, rindu bisa terasa begitu menyiksa sekali."
"Jagalah ia yang dulu pernah kujaga dengan sekuat tenaga. Bahagiakan ia selayaknya dulu aku tak pernah ada untuknya. Ingatlah, seseorang yang kau cintai sekarang itu dulu pernah juga kucintai begitu besar. Aku titip dirinya. Aku kalah."
"Sampai saat itu tiba,
tolong Aku titip dia.
Jangan kau sering kecewakan, jangan sering kau buat ia menangis. Biar
bagaimanapun, tolong tak usah memberinya janji-janji
yang pada akhirnya tak bisa kau tepati."
"Gapapa kita gak lagi
bersama.
Gapapa kita gak lagi saling sapa.
Tapi tolong jangan pernah lupa, aku tetap sayang kamu."
"Aku masih ingat harum parfum mu.
Aku masih ingat bagaimana cara kau berjalan.
Aku masih ingat bagaimana wajahmu ketika menggerutu.
Aku masih mengingat bagaimana caramu mengunyah.
Aku masih ingat.
Sekali lagi, Aku Menyerah, Aku Kalah.
Komentar
Posting Komentar