Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2016

Jadi Intel Buat Gebetan itu Mudah!

Menjadi intel adalah cara yang paling berkelas supaya kamu bisa tau informasi yang kamu butuhkan untuk mendapatkan gebetan. Selain membutuhkan strategi, seorang intel juga perlu taktik "tiki-taka" dan kemampuan analisis yang tajam. Tak perlu lah sewa kontrakan depan rumah gebetan sambil “ngekerin” doi terus 2×24 jam pake teropong seharga 20 juta dengan cicilan 24 kali, tapi cukup dengan menjadi tukang ngangkutin sampahnya!! Jangan bayangkan kamu akan menjadi Ethan Hunt atau Jack Ryan karena mereka punya peralatan pendukung yang super canggih dan ampun-ampunan mahalnya. Tapi jangan underestimate dulu, Bung. Jadi tukang angkut sampah rumah tangga gebetan bisa memberimu informasi lebih dari yang kamu butuhkan. Bahkan ala-ala forensik. Caranya, kamu angkut setiap hari sampahnya dan kemudian kamu pilah. Dari situ, kamu akan tau kebiasaan gebetan. Misalnya, sampah sisa masakan berupa sayur dan lauk-pauk hanya ditemukan pada hari Minggu dan Senin sementara pada hari Selasa hin...

Untukmu perempuan yang selalu mengganngu pikiranku..

Tak tahukah kau? Orang yang selalu kau tak hiraukan kepeduliannya, orang yang selalu kau nomer-dua-kan kehadirannya, orang yang kerap tak kau respon cepat pertanyaanya, orang yang kadang-kadang kau cuexan dan abaikan adalah orang yang mengutamakan kau di sela sibuk waktunya, dan yang menyebut namamu pelan-pelan dalam doa malamnya. Untukmu perempuan yang rumahnya ditikungan.. Senyumu adalah arti kehebatan Tuhan. Ada yang jatuh cinta ketika menatapnya, ada yang menangis ketika mengenangnya Kau memiliki senyum yang selalu melekat di kepala, suara yang terngiang-ngiang di telinga, dan kepergiaan yang mengendap dalam air mata. Untukmu Perempuan yang pipinya makin tembem.. Jika kau punya masa lalu yang berat, Menangislah yang keras di pelukanku. Ceritakan semuanya kepadaku. Aku akan mendengarkan tanpa mencela, sesekali menyeka air mata, atau mencium kening hingga lukamu tak lagi terasa. Untukmu perempuan yang kalau tertawa matanya merem.. Mungkin suatu saat aku a...

Surat Tertutup Untuk Senja

Mungkin kamu masih duduk terdiam di sana, merenungi segala hal yang baru saja kita putuskan. Mungkin juga kamu tak pernah menyangka bahwa pertemuan kita hari itu adalah akhir segalanya. Apalagi dengan segala rencana yang telah kita susun berdua. Bukan janji untuk terus bersama yang kita sepakati, tapi justru rasa putus asa untuk menghadapi semuanya. Sakitkah hatimu? Di sini aku juga sama. Kupikir kita selamanya, nyatanya hanya sampai di sini saja. Tapi tenanglah. Pertama, ambil napas panjang, dan berdamailah dengan keadaan. Segalanya memang buruk, tapi mungkin tak seburuk yang kau pikirkan. Kita telah mencoba bertahan dengan berbagai cara, tapi segalanya memang sudah berbeda. Mungkin kau coba menghitung berapa hari yang telah kita lalu bersama. Berapa banyak waktu yang kita isi dengan cerita aku dan kamu. Juga berapa banyak tawa yang kita lewati di belakang sana. Hubungan kita memang tidak mulus-mulus saja. Pertengkaran demi pertengkaran terjadi seiring kita semakin tak se...

Sebatang Lilin

Ketika duniamu gelap, Tuhan menghadirkan aku layaknya sebatang lilin. Kau bakar diriku agar kau tak ketakutan lagi. Kelip cahayaku mengusir lelahmu. Ketakutan akan gelap sedikit tersimbak ketika kau tersenyum sesaat setelah menyalakanku. Kau tak takut lagi. Dan aku tak peduli lagi. Biar perlahan api mulai menghabiskan hidupku, selama kau tak sedih lagi, aku tak peduli. Kau bawa aku ke mana-mana. Seakan saat gelap hidupmu, akulah temanmu satu-satunya. Kau bercerita, kau berbagi tawa, kau curahkan segala keluh kesah padaku; Cahayamu satu-satunya. Hingga suatu saat lampu kembali menyala. Kau tersontak lalu terdiam sebentar. Menatap aku, seakan aku tak kau butuhkan lagi. Meniup apiku, seakan cahayaku tak menghangatkanmu lagi. Lalu kemudian kau berbahagia. Bersorak-sorai sambil tertawa riang karena lampu kembali menyala– seakan saat itu tawamu sedang merayakan aku yang berduka karena dibunuhmu begitu saja.