Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2016

EKSLUSIF, WAWANCARA IMAJINER DENGAN PAK JOKOWI

Gambar
Selepas Kunjungan Pak Jokowi Ke Majalengka kemarin, berhubung tidak dapat kesempatan untuk mewawancara beliau, ahirnya ketika matahari kemabali ke peraduannya, saya langsung menghubungi Beliau melalui sambungan telepon melakukan wawancara imajiner. Inilah sebagian isi wawancara itu. Sebagian yang lain belum sempat saya transkripsi. Tetapi meskipun sudah, rasanya lebih baik saya simpan sendiri. * * * Selamat pagi, Pak Jokowi Selamat pagi, Mas San. Sudah lama kita tak saling kontak, ya? Iya, Pak, cukup lama. Kapan kita terakhir kontak-kontakan? Sebelum Pilpres, Pak? Iya, ya. Sudah setahun lebih kayaknya. Terakhir kita sarapan bareng kalau tak salah. Betul, Pak. Di rumah, di Menteng. Iya, saya ingat. Kalau tidak salah, waktu itu Mas San mau menulis soal Solo. Iya, Pak. Sebelum saya nanya, gimana kemarin kunjungan ke Majalengka? Seneng ga pa? Ya itu kan sudah kewajiban saya Mas, jelas saya senang.. Majalengka panas ya Pa? Itu sih mas San yang n...

Dear..

Dear, wanita yang membuatku lena... Aku tahu, bahwa dalam ilmu ekonomi kerakyatan, menitipkan barang dagangan memanglah harus pada pedagang yang tepat dan amanah. Tentu agar barang dagangan itu berbalas menjadi uang yang nilainya sepadan, bukannya malah menjadi bon yang entah kapan dibayarnya. Dan kini aku mengakui, bahwa aku sangatlah bodoh, karena tak bisa belajar dari ilmu ekonomi kerakyatan. Aku bodoh karena nekat menitipkan cinta pada dirimu, lebih bodoh lagi karena aku menitipkan cinta itu hanya kepada dirimu, ya, hanya pada dirimu thok , tidak membaginya kepada wanita lain, seperti halnya produsen menyetok barang dagangan tidak hanya pada satu pedagang. Menitipkan cinta padamu ternyata menjadi sesuatu yang sangat menyakitkan. Lagi-lagi aku yang bodoh, karena menganggapmu sebagai "pedagang" yang tepat dan amanah. Pada akhirnya, hasilnya memang bisa ditebak: Cinta yang aku titipkan kini teronggok begitu saja, Tak pernah kau transaksikan, atau bahkan mun...

Surat Terbuka untuk Pak Jokowi

Gambar
SURAT TERBUKA UNTUK PAK JOKOWI Selamat sore Pak Presiden... sudah sampai ke istana? Atau masih diperjalanan? Oh iya ma’af Pak, saya nulis surat ini karena tadi waktu Bapak Kunjungan ke Majalengka saya tidak bisa bertemu bapak langsung, ya bapak tahu sendiri lah kami tidak boleh mendekat bahkan dilarang mendekat sama mas-mas yang badannya 10 senti melebihi tinggi badan saya, yang pake seragam batik itu tuh.. siapa siapa.. nah iya Paspampres maksud saya.. Sebelumnya perkenalkan dulu pak, saya adalah wartawan magang di sebuah surat kabar harian lokal. Saya juga masih tercatat sebagai mahasiswa semester ahir (meskipun jalan menuju kelulusan saya agak kelam) di salah satu universitas di Majalengka. Bukan Pak, bukan berharap di undang makan ke istana. Saya nulis surat ini tulus, asli (tanpa bahan pengawet apalagi pemanis buatan) ingin bercerita perihal kota Kami tercinta ini.. Iya pak, saya tidak begitu tahu keseluruhan Kota eh kabupaten (maksudnya sebentar lagi jadi kota) Majal...