Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2022

Sudut Kota

Gambar
Dulu, Saya sering sekali menghabiskan waktu malam Saya.  Ketika perjalanan pulang dari Cirebon setaip ahir pekan di sebuah kafe yang lokasinya tak jauh dari kosan teman saya.  Tempatnya nyaman, kopinya enak --atau setidaknya, cocok dengan lidah saya yang nggak expert-expert amat soal kopi, dan playlist lagu yang diputar selalu easy listening --walau akun spotifynya belum premium, padahal speakernya Harman Kardon. ⁣⁣ ⁣⁣ Saking seringnya, saya sampai punya semacam loyalty card sendiri. Tiap kali pesan minum, saya dapat satu stempel, nanti setiap saat saya bisa mengumpulkan lima stempel, saya berhak mendapatkan satu kopi gratis. ⁣⁣ ⁣⁣ Saya punya spot favorit: di pojokan. Dekat sebuah pot tanaman palem komodoria. Saya hampir selalu menjadi pengunjung yang pulang terakhir. Di detik-detik kritis sesaat sebelum jam tutup kafe. ⁣⁣ ⁣⁣ Tiap kali menjadi pengunjung yang pulang terakhir, saya selalu gelisah atas apa yang dipikirkan oleh si penjaga kafe. Apakah saya dianggap sebagai pelang...

Aku yang Salah

Gambar
Untuk setiap waktu-waktu perih yang kau jalani sendiri. Untuk setiap tangis yang tak kuseka lagi. Untuk setiap langkahmu yang tak ditemani lagi. Untuk setiap bahagia yang tak bisa dibagi berdua lagi. Untuk setiap luka yang harus kau hadapi sendiri. Untuk setiap saat-saat terpurukmu, Aku yang Salah dan Aku juga yang Kalah, terlalu berani mencintaimu... Sayang; Aku minta maaf karena tak bisa menghadirkan bahagia yang lebih lama. Sayang, sebarkan berita buruk tentangku. Karanglah cerita menyakitkan yang begitu pilu dan aku adalah pelaku utamanya. Ceritakan kejelekanku pada orang-orang terdekatmu. Ceritakan hal-hal jahat yang pernah tak sengaja kulakukan kepadamu. Sumpah serapahkan aku. Menangislah di pundak sahabatmu dan buat mereka ikut membenciku. Ceritakan itu semua, sayang. Ceritakan. Selama itu membuatmu mampu bangkit lagi setelah perpisahan ini; Aku rela. Selama itu bisa membuat orang-orang jadi menemanimu dan kau tak harus menjalani hari-hari sendiri lagi, aku rela...

Jalan Pulang

Gambar
  Perpisahan dengan Blogg ini kemarin mirip seperti perpisahan karena restu orang tua. Bukan karena kemauan dari kedua belah pihak. Tiba-tiba dipaksa lepas, dan dia pergi jauh entah ke mana tak bisa dihubungi lagi. Kita dibuat penasaran, dibuat kebingungan. Masalahnya, banyak yang belum tuntas, banyak tulisan yang belum disimpan, banyak karya-karya bahagia yang tak bisa lagi dijalani bersama. Banyak kenangan yang terpaksa dikubur tanpa dipendam. Ruang yang dulu penuh warna tiba-tiba berubah menjadi biru tua temaram. Beberapa kawan berbincang hilang tak bisa dihubungi. Tak ada lagi kabar-kabar yang bisa didengar. Ketika sedang jatuh-jatuhnya, tak ada lagi tempat yang bisa mendengar dengan bebas. Becerita tanpa batas. Menjadi orang lain ketika benci akan diri sendiri. Melepaskan sisi yang selama ini selalu terpendam dalam-dalam. Setelah lama bersama, ternyata ditinggal tanpa pesan itu rasanya rindu setengah mati. Perasaan itu masih sama. Masih tetap.  Memaksa brangkas ...