PIHAK YANG TERTINGGAL

Terkadang menjadi pihak yang selalu ada, pihak yang selalu menemani, tidak menjamin akan menjadi pihak yang dipilih untuk mendapingi di akhir sebuah cerita. Tuhan membuatnya memilih seseorang yang baru saja hadir ketimbang seseorang yang sedari dulu selalu menemani.
Mungkin baginya aku itu orang baik yang menyamankan. Atau mungkin baginya aku itu terlalu menyamankan dan terlalu baik sehingga aku hanya cocok menjadi temannya saja?
Hanya kau yang tahu.
Tak ingatkah kau, ketika kau terluka, aku yang selalu ada untukmu. Ketika kau terjatuh karena sayapmu patah, akulah yang merawat hingga sayapmu pulih kembali. Namun lantas ketika sayapmu pulih, kau memilih terbang lagi dan meninggalkan aku sendirian melihat betapa bahagianya kau berputar-putar di angkasa bersama pendamping barumu itu.
Tak tahukah kau? Untuk menyembuhkan lukamu, aku harus terluka lebih dahulu? Untuk melihatmu bahagia seperti itu, ada hati yang harus diredam habis-habisan agar tidak meronta memintamu kembali lagi ke sisiku?
At least, setidaknya kalau kau ingin terbang, beri aku kemampuan untuk pergi terlebih dahulu. Aku mau semuanya berakhir baik-baik, bukan karena aku berharap kita masih bisa dekat, tapi karena aku ingin tidak merasa sakit lagi ketika aku tidak sengaja melihat kau bahagia nanti. Ya hatiku berharap kau bahagia, tapi egoku berharap kau bahagia denganku, bukan dengan orang lain.
Apa orang lain itu tahu betapa kelamnya masa lalumu ketimbang aku yang dulu ada mendengarkan dan mengusap tiap tetes air mata?
Apa orang lain itu tahu di mana letak cacatmu dan bisa menerimamu seperti aku yang tahu namun tetap bisa menerima dan mencintaimu sebegitu dalam? 
Apa orang lain itu mengerti, betapa susahnya kita terbopong-bopong dalam kesakitan yang begitu luar biasa dulu? Dia tidak tahu dulu aku pernah korbankan satu kakiku agar kau bisa berjalan lagi. Dan dengan sama-sama hanya mempunyai satu kaki, kita saling memapah dan berjingkrak-jingkrak walau perih memaksa kita berkali-kali terhenti.
Apa dia bisa mengerti betapa sulitnya aku membuat kau untuk bisa jatuh cinta lagi? Dan apa dia mengerti betapa sakitnya aku ketika mengetahui bahwa kau jatuh cintanya dengan sosok orang lain, bukan denganku?!
Jika suatu saat kau berkata bahwa aku belum cukup kuat memperjuangkanmu hingga pada akhirnya kau memilih orang lain, aku harap kau berkaca. Lihatlah di dalam kaca sana lalu cobalah mengerti. Bahwa senyum yang bisa ada di sana sekarang, adalah jerih payah dari senyum yang aku korbankan sekarang ketika harus berpura-pura bisa bahagia ketika melihat kau dengan tanpa bersalahnya tengah memamerkan segala kebahagiaanmu di sosial media.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PIDATO TERAKHIR KETUA SEMA FPD UNMA (MUSYWA 2012)

Sejarah Desa Pilangsari Kec. Jatitujuh Majalengka

5 Kritik buat Film GGS ( Ganteng-ganteng Serigala)

Bedanya Wanita yang Sudah Menikah dengan yang belum Menikah

Rupa-rupa Diuk dina Basa Sunda