SORE
Saya ingat sore itu, langit pukul empat sedang
cerah-cerahnya. Angin kota selepas kita pulang kuliah pernah menjadi kenangan
yang ingin kita kenang dan tak pernah
melaluinya. Saya menunggumu di gerbang dan kamu tak kunjung datang.
Masih ada tugas, katamu.
Saya tidak keberatan menunggu lebih lama jika di
akhir nanti parasmu yang saya temukan. Sore itu kita sama-sama setuju untuk
tidak pulang terlalu cepat, aku pacu motor itu pelan, kau memeluk di belakang.
Saya rasa, saya suka hari itu.
Suka sore itu, suka kamu.
Saya percaya saat itu kamu juga merasakan perasaan
yang sama seperti yang saya rasakan, bahagia. Meski esoknya saya harus sadar,
sebelum pulang kemarin, kamu diam-diam bercengkrama dengan seseorang.
Membicarakan perihal sebuah ajakan kerja sama.
Untuk sama-sama menjalin asmara.
Dan meninggalkan Saya adalah taruhan yang kamu
sodorkan kepadanya. Ah, saya rasa selama ini saya yang salah. Sore kemarin,
ternyata hanya saya yang bahagia.
Meski tau salah, kita berdua sama-sama mengerti
Bahwa jauh bukanlah yang kita inginkan saat ini.
Lantas kita seperti saling membohongi diri sendiri,
sama-sama jatuh cinta namun tak saling berkata.
Seperti tidak mau mengakui bahwa hari dimana kita
bisa bersama itu
Nyatanya begitu sulit
Untuk menjadi nyata.
Komentar
Posting Komentar