Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Dari Suami Muda hingga Serangan 7 hari 7 malam

Meski sama-sama tahu yang barusan menggantikan Andik Vermansah adalah Zulham Zamrun, tetap saja kita membiarkan suara komentator pertandingan memenuhi ruang keluarga kita. “Zulham menggantikan Andik, Bung. Daaan… sayang sekali, pemirsa, sentuhan pertama Zulham Zamrun adalah pelanggaran.” Tak ada tombol mute yang dipencet demi membungkam suara televisi. Tak ada pula telinga yang disumpal bulatan kapas berdiameter tiga senti. Yak, ganjil rasanya jika tayangan sepakbola tanpa suara komentator. Menurut saya, komentator dalam pertunjukan sepakbola adalah rendang dalam nasi padang, atau tempe busuk dalam sambal tumpang. Penting. Tak tergantikan. Bahkan tak cuma di televisi. Di pertandingan tarkam, setidaknya, kendati penontonnya hadir langsung di seputar lapangan, tetap saja kehadiran komentator diperlukan. Di daerah saya, biasanya ia duduk di menara kecil bertiang, berdinding, dan berlantai bambu. Sementara atapnya berbahan terpal atau seng. Bersenjatakan sebatang mikrofo...

Pilihanmu

Ah tampaknya sudah tidak bisa ya? Beberapa waktu yang lalu, aku mendengar kabar bahwa ternyata kau sudah menetapkan diri untuk memilihnya. Tak bingung lagi di antara kedua pilihan. Kau menolak setiap aku bertanya, kau seakan menghindarkan keadaan di mana aku mengetahuinya oleh karena dirimu sendiri. Kenapa kita harus bertemu di keadaan seperti ini? Kenapa kita harus jatuh cinta seperti ini? Apakah dia memang kau pilih karena kau cinta? Apakah dia memang kau pilih karena kau nyaman? Apakah aku memang kau tinggalkan karena kita bukanlah sesuatu yang pantas untuk diperjuangkan? Apalagi yang bisa kuusahakan selain mengucapkan selamat berbahagia untukmu? Nyatanya, kau memang sudah memilihnya dan enggan melanjutkan garis samar-samar yang membentang di antara kita berdua. Kau tak salah, memang jalanmu bersamanya jauh lebih jelas ketimbang jalanmu bersamaku. Tapi kenapa kata bahagia rasa-rasanya sulit sekali terucap ketika mendengar kabar kau tidak sendiri lagi? Baiklah. T...

Anak Zaman Sekarang

Percakapan suatu ketika. Saya: “Heh, saha namina budak teh?” (Heh, siapa nama anaknya?) Teman saya: Audrey,. Audrey Azzalea Keandra.” Saya: “Euleuh…” Audrey Azzalea Keandra. Tidak ada yang aneh dengan nama tersebut, tentu saja. Tapi, jika jeli mencermati (atau jika kurang kerjaan seperti saya), maka Anda akan menyadari bahwa semakin hari semakin banyak orang tua yang senang memberi nama yang panjang dan sulit dieja serta dihafal pada anak-anaknya. Terutama, para mama dan papa muda atau Mahmud Abas (Mamah Muda Anak Baru Satu). Sepeti teman saya lainnya–sebut saja Malika (tentu saja yang dibesarkan oleh orang lain)–, dia memberi nama Sharhabeel Famella Al-Farizi pada anak pertamanya. Kemudian, dengan mempertimbangkan luas dan keliling jidat si anak juga kepraktisan namanya ketika dilafalkan, maka Sharhabeel Famella Al-Farizi pun berakhir dengan nama panggilan… Jenong atau Domen (khusus jika si ibu sedang kesal). Ada juga saudara perempuan saya yang menamai anaknya Ar...

Do'aku

Kadang aku bertanya di mana dermaga perjumpaan kita. Agar setidaknya aku bisa memetakan kapan dan dimana kita bisa bersua. Mungkin detik ini kau tengah sibuk memantaskan diri agar kelak kau siap menjadi pendampingku di dunia juga akhirat-Nya. Duhai calon kekasihku, aku tak tahu kapan pastinya kita bisa saling berbagi kisah. Tapi, jika boleh ku pinjam menitmu sejenak, biarkan aku menceritakan rindu ini, biarkan aku menumpahkan perasaanku saat ini... Entah mengapa di dermaga penuh cinta ini, kurasa jauh seakan tak berjarak. Karena doa yang mempertemukan kita serasa jadi lebih dekat. Itulah yang membuat bayang-bayang tentangmu masih bertahta di hati ini. Membuatku masih bertahan menunggumu disini. Cintaku padamu tak perlu kupupuk setiap waktu. Tak perlu juga kulebihkan karena terlalu merindu hadirmu. Karena aku yakin, di tengah jarak antara kening dan sajadah. Selalu terselip do'a agar kita akhirnya ditakdirkan bersama. Karena aku percaya, rasa ini selalu berdiam di ...

Aku Sudah

Setelah melahap habis film Ada Apa Dengan Cinta yang kedua, saya tertegun di depan layar hitam yang berisi dengan deretan nama pemain-pemain film tersebut. Ketika saat itu riuh orang-orang bertepuk tangan bersorak-sorai merayakan Cinta yang kembali dengan Rangga, saya hanya bisa terdiam. Saya marah! Saya kesal hingga ke ubun-ubun kepala. Kenapa orang-orang malah bertepuk tangan?! Apa yang harus dirayakan dari sebuah pengkhianatan?! Cinta yang telah sukses disembuhkan oleh Trian yang saya yakin itu sangat sulit sekali dan butuh kesabaran yang luar biasa, malah dengan mudahnya menghancurkan pondasi yang telah dibangun bertahun-tahun itu hanya dengan satu hari bertemu saja. Ini siapa yang gila? Mungkin, saya termasuk segelintir orang yang tidak setuju dengan akhir cerita dari Film legendaris Indonesia ini. Karena bukan saja mungkin, tapi saya pernah mengalami langsung menjadi 3 orang utama di cerita tersebut. Ya, di tiga pihak utama. Sebagai Cinta, sebagai Rangga, dan se...

Gosip Naiknya Harga Rokok

Sebagai bangsa yang lahir karena hoax, masyarakat kita terbiasa hidup dengan desas-desus. Mirip seperti gosip perselingkuhan Ayu Tingting dan Rafi Ahmad di Eropa beberapa waktu lalu: berawal dari bisik-bisik, Nagita Slavina yang jadi korbannya. Duh, dek… Hal itulah yang saat ini tengah saya rasakan belakangan. Sebagai salah satu orang yang cukup lama terlibat dalam bidang advokasi tembakau, banyak kawan menanyakan isu kenaikan harga rokok menjadi Rp 50.000 per bungkus. Kebanyakan dari mereka setengah percaya, tapi tidak sedikit juga yang meyakininya sepenuh hati. Ada yang menyikapinya heboh menuju frustasi, ada yang (belagak) selo namun tampak betul terbebani. Ada pula yang justru bersikap pongah dan menyepelekan isu tersebut. Macam-macam. Yah, namanya orang kan beda-beda. Masa kembar semua. Emangnya Teletubbies? Apalagi isu kenaikan harga rokok ini masih simpang siur, cukup dimaklumi jika banyak yang heboh. Konon, Pak, Bu, sebaik-baiknya perbuatan adalah mencegah oran...

Agus dan Agustus

Agustus adalah bulan yang paling ditunggu oleh penyandang nama Agus di seluruh dunia. Sembari melingkari satu tanggal dan menyilang yang lain di almanak, masing-masing dari mereka menyiapkan pelbagai perayaan sesuai kadar rasa syukur dan statusnya; Agus yang telah berpasangan dan sentosa hidupnya akan mengunjungi segala yayasan untuk berderma sebelum dilanjutkan dengan candle light dinner di sudut temaram restoran. Sementara Agus yang menjomblo dan tertekan batinnya bakal meniup lilin bersama teman sependeritaan, lalu melewatkan sisa malam dengan berbagi kepedihan, terkadang sambil berpelukan. Seperti Agus yang jomblo, bulan Agustus juga menjadi bulan yang berat untuk saya lalui meski saya lahir di bulan Mei. Penyebabnya adalah beberapa mantan lahir di bulan ini, dan mereka adalah mantan-mantan terbaik sebab menorehkan perih yang terlampau dalam. Dan seperti pahlawan, mantan semacam itu layak untuk dikenang. Tahun lalu, dan tahun-tahun sebelumnya, saya mengenang mereka den...

Pledoi para jomblo

Bagi yang jomblo, saya kira sebaiknya jangan dekat-dekat media sosial dulu selama minggu-minggu ini kalau masih ingin menjaga kesehatan dan perasaan. Pasalnya, kuat diduga berita pernikahan Muhammad Alvin Faiz, anak Ustad Arifin Ilham, dapat menyebabkan sakit jantung, gagal ginjal, gangguan pernapasan, pencernaan, usus buntu, kadas, kurap, panu, kutu aer… Saya bertanya-tanya: Kok bisa ya bujang umur 17 tahun ketemu jodoh secepat itu? Saya kenal beberapa jomblo yang udah karatan bolak-balik menyatakan perasaan ke banyak perempuan, tapi gagal terus. Di antara mereka ada yang berwajah sebelas dua belas sama Nicholas Saputra. Lekuk bodi mirip-mirip Iko Uwais. Punya senyum lebih maut dari Reza Rahardian, dan otaknya, bisalah dibilang tengah mendekati Pak Habibie. Tapi ya gitu, dompetnya sekarat… Oke, balik ke soal utama. Saya menyaksikan, tak sedikit orang yang melontarkan puja-puji sembari membagikan berita pernikahan fenomenal Muhammad Alvin Faiz tersebut. Kata mereka: “Ni...

Wahai Para Perempuan, Belajarlah dari Ahok

Saya mau iris ini, kuping saya, kalau dia (Ahok) maju lewat jalur independen,” begitu kata Haji Lulung kepada awak media sekitar satu setengah bulan yang lalu. Dan kita tahu apa yang terjadi kemudian. Ahok akhirnya memutuskan untuk maju ke Pilkada DKI 2017 lewat jalur partai setelah mendapat dukungan dari Hanura, Golkar, dan Nasdem. Gusti Alloh rupanya masih sayang sama Haji Lulung. Buktinya, Haji Lulung masih diberi kemampuan dan kesempatan buat nyelipin sebatang Djarum Super di atas kupingnya. Jabatan Gubernur DKI memang jabatan yang asoy . Jika Provinsi adalah barang dagangan, maka DKI adalah etalasenya. Karenanya, tak heran jika kemudian Gubernur DKI menjadi jabatan yang spesial dan istimewa. Ia berada di titik yang berbeda dibandingkan dengan jabatan Gubernur provinsi selain Jakarta (Saking istimewanya, sampai-sampai kalau ditarik garis hierarki kepemimpinan, maka skemanya akan seperti ini: Lurah – Camat – Walikota/Bupati – Gubernur – Gubernur DKI – Presiden). Dan ki...