Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Ramadhan Tahun Lalu

Gema-gema penanda berakhirnya senja, kini mulai saling diperdengarkan. Menghantarkan setiap rasa letih, digantikan dengan rasa bahagia. Menghantarkan setiap penantian, menuju gerbang pertemuan. Ntah kenapa, rasa-rasanya ada yg berbeda bulan ini dengan tahun-tahun sebelumnya. Aku merasa tak ada lagi yg harus dibicarakan walau hanya sekedar berbincang. Aku merasa dengan berakhirnya senja, tidak mengartikan berakhirnya penantian yg selalu menjadi pertanyaan di dalam dada. Kamu dimana? Siapakah orang yg beruntung itu? Yg tahun pertamanya dilewati dengan ucapan selamat dan semangat darimu? Yg tahun pertamanya dilewati dengan banyaknya waktu berbuka dengan menggenggam tanganmu? Aku berani jujur. Bahwa kehilanganmu tahun ini, membuatku merindukan tahun-tahun yg telah lalu. Ketika setiap pagi, ada namamu muncul pada ponselku. Ketika setiap siang, ada semangat muncul dari pesan namamu. Ketika setiap senja, ada ucapan selamat muncul dari mulutmu. Dan ketika malam menjelang, ada perta...

Islam Kejawaan (Taddaburan/maiyahan) di Indonesia.

Alhamdulillah, akhir-akhir ini orang merasakan manfaatnya Nahdlatul Ulama (NU). Dulu, orang yang paling bahag ia, paling sering merasakan berkahnya NU adalah keluarga orang yang sudah meninggal : setiap hari dikirimi doa dan tumpeng. Hari ini begitu dunia dilanda kekacauan, ketika Dunia Islam galau: di Afganistan perang sesama Islam, di Suriah perang sesama Islam, di Irak, perang sesama Islam. Semua ingin tahu, ketika semua sudah jebol, kok ada yang masih utuh: Islam di Indonesia. Akhirnya semua ingin kesini, seperti apa Islam di Indonesia kok masih utuh. Akhirnya semua sepakat: utuhnya Islam di Indonesia itu karena memiliki jamiyyah NU. Akhirnya semua pingin tahu NU itu seperti apa. Ternyata, jaman dulu ada orang Belanda yang sudah menceritakan santri NU, namanya Christia Snouck Hurgronje. Dia ini hafal Alquran, Sahih Bukhori, Sahih Muslim, Alfiyyah Ibnu Malik, Fathul Mu’in , tapi tidak islam, sebab tugasnya menghancurkan Islam Indonesia. Mengapa? Karena Islam Indones...

Hai, kamu!

Gambar
Aku adalah sosok yang mungkin tak kau lihat. Sosok yang hampir setiap hari memandangimu dalam gelak tawa, obrolan, dan pandangan tak perduli. Sosok yang jelas, sama sekali tak kau hiraukan. Tahukah kau jika sejak awal aku telah menulis diam-diam namamu di sela hatiku? Bahwa diam-diam juga aku sering membisikkan namamu itu dan kucurhatkan kepada Tuhanku? Kau takkan pernah tahu. Karena aku lebih memilih untuk melakukannya dalam diam. Jika saja kau mau duduk tenang di hadapanku dan mendengarkan segala cerita tentang awal aku merasakan semuanya. Akan kuutarakan tanpa perlu membuatmu bertanya. Membuatmu juga –mungkin- ikut terdiam seperti kediaman yang selalu kutampilkan. Namun, akankah kau begitu? Karena nyatanya, sedikit saja gerak darimu mengisyaratkan bahwa kau tak pernah melihat bayanganku. Maka, sejak kutahu bahwa kau hanya menganggapku seperti angin. Dan kudengar dari bisikan riuh bahwa kau telah menamatkan hatimu ke yang lain. Aku mengganti cara. Katakanlah ini begitu licik...