Dari Suami Muda hingga Serangan 7 hari 7 malam
Meski sama-sama tahu yang barusan menggantikan Andik Vermansah adalah Zulham Zamrun, tetap saja kita membiarkan suara komentator pertandingan memenuhi ruang keluarga kita. “Zulham menggantikan Andik, Bung. Daaan… sayang sekali, pemirsa, sentuhan pertama Zulham Zamrun adalah pelanggaran.” Tak ada tombol mute yang dipencet demi membungkam suara televisi. Tak ada pula telinga yang disumpal bulatan kapas berdiameter tiga senti. Yak, ganjil rasanya jika tayangan sepakbola tanpa suara komentator. Menurut saya, komentator dalam pertunjukan sepakbola adalah rendang dalam nasi padang, atau tempe busuk dalam sambal tumpang. Penting. Tak tergantikan. Bahkan tak cuma di televisi. Di pertandingan tarkam, setidaknya, kendati penontonnya hadir langsung di seputar lapangan, tetap saja kehadiran komentator diperlukan. Di daerah saya, biasanya ia duduk di menara kecil bertiang, berdinding, dan berlantai bambu. Sementara atapnya berbahan terpal atau seng. Bersenjatakan sebatang mikrofo...